Minggu, 13 Januari 2013

penanganan pucuk


Jenis Petikan
Terdapat beberapa jenis petikan dari pelaksanaan pemetikan diantaranya :
·         Petikan ringan ; apabila daun yang ditinggalkan pada perdu, daun kepel dengan minimal satu daun atau kepel.
·         Petikan medium/sedang ; apabila dalam satu perdu terdapat cara pemetikan ringan dan petikan berat.
·         Petikan berat ; apabila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya daun kepel atau daun kepel juga dipetik.  
Kriteria Pemetikan
            Kriteria pemetikan sebagai bahan baku yang layak diolah adalah pucuk standar petikan medium, keadaan pucuk segar dan bebas dari kontaminasi yang dapat merusak pucuk. Pucuk dengan standar petikan medium terdiri dari pucuk medium (p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m) minimal 70%, pucuk halus (p+1, p+2m) minimal 10%, dan pucuk kasar (p+3, p+4, b+1t, lembaran dan tangkai) maksimal 20%.
            Pada dasarnya daun teh yang dipetik hanyalah kuncup, daun serta ranting yang dapat diolah menjadi teh yang berkualitas baik. Dalam satu siklus pangkasan dapat dilakukan 3 jenis petikan yaitu petikan jendangan, petikan biasa dan petikan gendesan.
            Ranting peko harus dipetik, jika tidak daun akan terus tumbuh dengan pertumbuhan semakin lambat dan akhirnya terhenti. Bila dilakukan pemetikan pucuk peko (p) maupun pucuk burung (b), sebaiknya pemetikan meninggalkan kepel (k) dan sehelai daun diatasnya. Hal itu dimaksudkan agar pertumbuhan pucuk akan berlanjut terus secara sempurna. Untuk menghindari kesalahan pemetikan, maka perlu mengenal jenis-jenis petikan.
Jenis petikan menurut waktu petik
(a). Petikan Jendangan
            Petikan jendangan merupakan petikan yang dilakukan sekitar 2-3 bulan setelah tanaman di pangkas. Tujuan petikan jendangan adalah untuk membuat kerangka dasar bagi tumbuhnya pucuk, menumbuhkan daun pemeliharaan (daun seharusnya disisikan pada saat pemangkasan) baru untuk menggantikan daun pemeliharaan yang hilang bersama-sama dengan kayu pangkasan serta tunas yang banyak sehingga memungkinkan produksi yang maksimal.
(b). Petikan biasa
            Setelah 2-2,5 bulan dilakukan petikan jendangan, maka akan tumbuh tunas tersier dan bentuk tanaman akan rata. Saat itulah dilakukan petikan biasa atau petikan produksi. Giliran petik sebaiknya dilakukan antara 10-11 hari dan berlangsung sampai dilakukan pemangkasan berikutnya, yaitu selama 3 tahun. Pada saat petikan biasa, pucuk burung harus dipetik meskipun tinggi bidang petiknya belum mencukupi, agar pucuk pekonya akan lebih banyak. Petikan yang persis umum adalah pemetikan dengan meninggalkan sehelai daun di atas kepel. Namun, sistem eksploitas petikan teh berkembang dengan macam-macam modifikasi, sehingga pola kerja pemetikan didasarkan pada beberapa hal :
1.      Cara pemetikan jangan sampai menghancurkan tanaman
2.      Pemetikan dilakukan pada umur pucuk tertentu sehingga dapat menghasilkan pucuk yang dikehendaki tanpa mengakibatkan pertumbuhan kembali tunas-tunas baru.
3.      Giliran petik sesuai dengan jadwalnya sehingga banyak pucuk yang siap petik.
4.      Adanya keterkaitan sistem dan cara petik dengan rencana pemangkasan di kemudian hari.
(c). Pemetikan gendesan
            Tanaman yang terus menerus dipetik, produksinya akan semakin merosot. Untuk mempertahankannya, maka pohon teh dipangkas, biasanya masih terdapat pucuk-pucuk. Pemetikan pucuk-pucuk itu dinamakan pemetikan gendesan. Cara pemetikannya tidak ditentukan, sembarangan saja, tetapi hanya pucuknya saja.
1.    Jenis petikan berdasarkan jumlah helaian daun
a.       Petikan imperial, satu pucuk peko hanya diambil kuncup pekonya saja, kuncup dan daun tetap dibiarkan di ranting burung serta tidak memperhatikan jumlah daun.
b.      Petikan pucuk putih atau petikan pucuk emas, rumus petiknya adalah p+1/k+1 atau p+1/k+2. Rumus p+1/k+1 artinya dari satu ranting peko dipetik pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan satu helai daun tua.
c.       Petikan halus, rumus petiknya adalah p+2 muda/k+1, p+2/k+1 atau b+1 muda/k+1. Rumus p+2 muda/k+1 artinya dari satu ranting peko dipetik pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan dua helai daun dengan satu daun termuda masih menggulung.
d.      Petikan sedang, rumus petiknya adalah p+1/k+1 dan p+3 muda/k+1. Rumus petik p+1/k+1 artinya dari satu ranting peko dipetik pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan satu helai daun tua.
e.       Petikan kasar, rumus petiknya adalah p+3/k+1 dan p+4 muda/k+1 artinya dari satu ranting dipetik pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan tiga helai daun tua.
f.       Petikan kasar sekali, rumus petiknya adalah p+4/k+1. Artinya dari satu ranting dipetik pucuknya yang terdiri dari kuncup peko dan empat helai daun tua.
g.       pucuk 2.jpgPetikan lempar, rumus petiknya adalah p+5 muda/k+1 dan p+5/k+1. Rumus petik p+5 muda/k+1 artinya dari satu ranting dipetik pucuknya yang terdiri kuncup peko dan lima helai daun (satu helai daun masih muda dan menggulung).
            Biasanya perkebunan milik negara melakukan petikan halus sampai sedang, sedangkan di perkebunan rakyat melakukan petikan halus sampai kasar sekali. Dalam praktek di lapangan, tidak jarang pemetik hanya meninggalkan kepel saja. Atau adapula yang memetik dengan mengikut sertakan kepelnya. (Nazaruddin dan Farry.B.Paimin, 1993).
Analisis Petik
            Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen (%). Analisis petik dilakukan sendiri dengan mengambil sampel 200 gram pucuk dari beberapa blok, sampel ini dipisahkan berdasarkan rumus petiknya. Kemudian untuk mengetahui persentase masing-masing pucuk sesuai dengan rumus petiknya maka dilakukan penimbangan. Melalui hasil penimbangan dapat diketahui persentasenya dengan cara membandingkan bobot pucuk setiap rumus petik dengan bobot total sampel pucuk. Analisis petik dilakukan untuk mengetahui sistem pemetikan yang dilakukan. Adapun kegunaannya yaitu untuk menilai kondisi tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, dan menilai keterampilan pemetik.
Komposisi Pucuk (%)
Blok
Pucuk halus
Pucuk medium
Pucuk kasar
Pucuk rusak
Taman
2.50
25.00
51.50
21.50
Pemandangan
3.00
26.50
54.00
16.50
Panama
3.50
26.00
58.00
12.50
Tanah Hijau
1.00
27.50
45.50
26.00
Rata-rata
2.50
26.25
52.25
19.00
Penimbangan Pucuk di Kebun
            Penimbangan pucuk dilakukan 1-2 kali sehari tergantung pada kondisi pucuk di lahan pada hari itu. Penimbangan tahap I dilakukan pada pukul 10.00-11.00 WIB dan penimbangan tahap II dilakukan pada pukul 13.00-14.00. Kegiatan penimbangan harus mengacu pada prinsip dasar penimbangan yaitu semakin cepat dikirim ke pabrik maka semakin baik. Penimbangan dilakukan oleh juru timbang dan diupayakan dilaksanakan di tempat yang dekat dengan lokasi pemetikan.
Perlakuan Pucuk Setelah Penimbangan di Kebun
            Pucuk yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam waring masing-masing pemetik dan dimasukkan ke dalam truk dengan menyusun waring secara satu persatu. Penyusunan waring sebaiknya diupayakan longgar agar aerasi udara tetap terjaga, karena jika penyusunan pucuk terlalu rapat maka dapat menyebabkan pucuk lanas karena kondisi pucuk menjadi panas. Selain itu, penyusunan waring yang terlalu rapat dapat menyebabkan pucuk rusak secara fisik. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya proses fermentasi awal dan dapat menurunkan kualitas teh yang dihasilkan.
Transportasi Pucuk
            Pengangkutan pucuk dari kebun sampai ke pabrik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pucuk teh yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses pengangkutan pucuk yang baik. Kapasitas angkut pucuk yang optimal yaitu 2 500 kg atau setengah dari daya angkut kendaraan. Frekuensi pengangkutan pucuk disesuaikan dengan frekuensi penimbangan dan kondisi pucuk di lapang.
            Pada saat pengangkutan truk-truk yang mengangkut pucuk diupayakan ada dalam keadaan bersih dan bebas dari kotoran serta dialasi dengan terpal pada bagian bawah truk. Saat pucuk ada di dalam truk tidak boleh ada yang ikut menumpang di atas pucuk dan ketika truk sampai di pabrik, pembongkaran pucuk dari truk harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai dibanting atau pucuk berceceran. Pengangkutan pucuk dilakukan oleh seorang supir dan seorang juru timbang dan dalam sekali tahap penimbangan diperlukan 1 unit truk untuk pengangkutan pucuk ke pabrik.
Penimbangan di Pabrik
            Selisih timbangan antara penimbangan di kebun dengan penimbangan di pabrik selalu saja terjadi. Terjadinya selisih penimbangan ini antara lain disebabkan oleh penyinaran matahari dan penyiraman air hujan secara langsung. Batas toleransi selisih timbangan yang ditetapkan pihak kebun adalah 2 %. Akan tetapi, keadaan di lahan sering kali tidak sesuai dengan yang ditetapkan. Selisih timbangan di kebun dengan di pabrik sering kali melebihi 2 %, terutama saat musim hujan, timbangan pucuk di kebun akan semakin berat atau saat pucuk terhambat diangkut maka dapat menyebabkan berat pucuk berkurang. Selisih timbangan di kebun dan di pabrik antara bulan Januari-Mei 2009.
Penerimaan Pucuk Segar dari Kebun
            Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu daun segar hasil petikan. Secara fisik pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh, seragam, berwarna kehijauan. Sebelum memasuki proses pengolahan di pabrik, daun hasil petikan harus masih ada dalam keadaan segar dan tidak rusak, tidak terlalu lama tertahan di kebun, tidak terkena sinar matahari langsung, ditampung dalam waring (wadah pengumpul) yang tidak melebihi kapasitas optimum dan diangkut dengan hati-hati.
            Penerimaan pucuk di Pabrik dilakukan dengan menurunkan pucuk segar dari bak truk yang dilakukan oleh dua tenaga angkut ke atas timbangan duduk sebanyak 4-5 tumpukan waring yang kemudian ditimbang oleh juru timbang petik. Hasil penimbangan di pabrik dicatat dalam buku klat penimbangan kemudian dihitung selisih bobot timbangan di pabrik dengan timbangan di kebun.


Analisis Pucuk
            Analisis pucuk adalah pemisahan/pengelompokkan pucuk berdasarkan kriteria Memenuhi Syarat (MS) yaitu bagian pucuk muda dan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) yaitu bagian tua pucuk serta pucuk yang mengalami kerusakan. Hasil pucuk dinyatakan dalam persen dan merupakan dasar pendugaan mutu teh hasil olahan. Analisa pucuk ini biasanya digunakan untuk menilai kondisi pucuk yang akan diolah apakah sudah sesuai dengan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk tujuan pengolahan. Selain itu analisis pucuk juga dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk, upak pemetik, dan untuk memperkirakan mutu teh yang akan dihasilkan. Analisis yang baik adalah pucuk yang memenuhi syarat (MS) > 50%. Alat-alat yang biasa digunakan dalam analisis pucuk diantaranya yaitu timbangan analisis, keranjang analisis, dan kotak analisis. Analisa pucuk dilakukan setiap hari oleh bagian penerimaan pucuk di pabrik pengolahan. Sampel pucuk yang akan dianalisis, diambil dari box pelayuan (Withering Through). Sampel diambil dari 10 tempat secara merata dan acak dengan cara memasukkan ke dalam hamparan pucuk dan pucuk diangkat dari dalam/bawah ke atas. Pucuk yang diambil secara acak di 10 tempat tadi dicampur secara merata kemudian diambil 200 gram pucuk per 500 gram pucuk basah untuk dianalisa. Setelah itu pucuk dipisahkan antara pucuk yang memenuhi syarat olah (p+1, p+2. p+3, b+1m, b+2m, b+3m) dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (b+1, b+2, b+3, lembaran tua dan tangkai tua) berdasarkan rumus petik medium dan tanpa melihat kerusakan pucuk. Lalu bagian pucuk yang memenuhi kriteria syarat olah (MS) maupun yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) secara terpisah dan ditimbang kemudian hasilnya dinyatakan dalam persentase (%).
            Rata-rata analisis pucuk dalam satu hari tiap blok kebun dapat dilakukan dengan cara mengalikan rata-rata analisis pucuk dari setiap penimbangan dengan jumlah produksinya dan menjumlahkan hasil perkalian tersebut dari penimbangan pertama dan selanjutnya, kemudian dibagi dengan jumlah produksi blok tersebut pada hari itu. Sedangkan untuk menghitung rata-rata analisis pucuk untuk perkebunan dilakukan dengan cara penjumlahan hasil perkalian antara rata-rata analisis dengan jumlah produksi pucuk untuk setiap blok kebun kemudian dibagi jumlah produksi pucuk pada hari itu.

di ambil dari berbagai sumber...
semoga bermanfaat


Senin, 09 April 2012

Lomba Ulasan Cinta Novel Cappucino

Kaifa Organizing bekerja sama dengan Nulisbuku.com, mengadakan Lomba Ulasan Cinta Novel Cappucino, dengan hadiah 1 (satu) komputer tablet, 1 (satu) handphone android, uang tunai, dan paket buku dari nulisbuku.
Caranya gampang, kamu hanya perlu menjadi member nulisbuku di www.nulisbuku.com dan menjadi teman kaifaorganizing di FB (kaifaorganizing@ymaihttp://www.blogger.com/img/blank.gifl.com). Setelah itu, kamu ikutin langkah-langkah berikut ini,

1. Beli minimal 1 eksemplar novel CAPPUCINO secara online di Nulisbuku 'publish your dream' , dengan keyword 'CAPPUCINO'

2. Setelah kamu dapet novelnya, kamu baca novelnya, lalu kamu bikin ulasan dari novelnya, (bisa berupa RESENSI/ ULASAN/KOMENTAR/Kesan-kesan yang kamu dapet habis baca novel CAPPUCINO itu) maksimal 750 kata.

3. Kirim tulisan ulasan kamu melalui e-mail ke kaifaorganizing@ymail.com dalam bentuk attachment/lampiran. Subyek e-mail : CAPPUCINO#NAMA#JUDUL_TULISAN. Body e-mail diisi dengan biodata beserta no telepon yang bisa dihubungi.

4. Tidak ada batasan untuk ukuran dan tipe huruf (asal jangan symbols dan weedings aja). Page setup dan sebagainya pun bisa kamu ekspresikan dengan sekreatif-kreatifnya

5. Tulisan diterima paling lambat tanggal 20 Juni 2012, pemenang diumumkan tanggal 1 juli 2012

6. Up-date peserta (10 hari sekali) dan pengumuman pemenang diumumkan di FB KaifaOrganizing

7. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 buah tulisan

8. Keputusan pemenang tidak bisa diganggu gugat dan bersifat mutlak

9. Stop baca infonya! Ayo klik, lalu beli novel CAPPUCINO nya saat ini juga!!

Senin, 02 April 2012

alat pengayak


Jenis Alat Pengayak
Berbagai jenis alat pengayak yang digunakan dalam proses sortasi bahan pangan, klasifikasinya dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu Variable Apertur dan Fixed Aperture.
2.4.1. Variable Aperture
Celah yang berubah-ubah (Variable Aperture) terdiri dari pemutar (Roller), kabel kawat atau ban (Belt), ban dan pemutar, dan baling-baling (Screw).
Variasi tahapan dari celah dalam alat sortasi tipe ini disusun oleh adanya dua tumpukan roller bergerak yang dialokasikan satu diatas yang lainnya. Sistem sortasi roller dan belt terdiri dari konveyor belt yang letaknya diinggikan sepanjang lebarnya kearah roller penggerak. Jarak antara tiap roller dan belt diatur untuk mendapatkan pengkelasan bahan berdasarkan ukuran yang ditentukan. Alat ini merupakan mesin sortasi dengan kecepatan tinggi yang efektif, tetapi kememaran atau lebam acapkali terutama untuk buah-buahan yang kurang keras teksturnya (Wirakartakusumah, 1992).
Alat sortasi roller menggunakan prinsip variable pemutar berbentuk bola yang dapat melempar lemparan bahan pangan yang ada diatas roller tersebut. Prinsip kerja alat ini menjadi hak paten “Grovesend Sovter” (Inggris). Alat ini terdiri dari bola-bola pemutar membentuk ban berjalan dimana susunan jarak antar pemutar diatur dengan kenaikan yang bersifat tetap, mulai dari bagian pemasukan sampai ujung pengeluaran dari conveyor (Wirakartakusumah, 1992).
Bahan pangan seperti buah-buahan atau sayuran berbentuk akar, akan tetap berada diatas conveyor sampai menemukan  celah antara dua roller dengan jarak yang sesuai dengan ukuran bahan pangan tersebut. Selanjutnya bahan dikumpulkan dengan menggunakan teknik peluncuran. Alat pelempar dapat diatur jaraknya sesuai kebutuhan (Wirakartakusumah, 1992).
Pada sistem sortasi dengan tali atau kabel, celah atau lubang dihasilkan kabel dua gerakan naik dari tali atau kabel tersebut. Kabel-kabel itu dapat digerakan dengan kecepatan yang sama atau berbeda. Pemisahan mengambil tempat berdasarkan posisi yang paling stabil. Alat sortasi dengan ban atau belt fungsinya sama dengan sorter sebelumnya, bahan pangan diangkut sepanjang slot yang berbeda ukurannya dan bersifat kontinyu. Gerakan pengangkutan tersebut dihasilkan oleh gerakan naik dari belt pada alat ini ada kecenderungan dari bahan pangan untuk bergerak secara miring, menuju ke proses sortasi yang tidak seimbang. Hal ini dapat dikoreksi misalnya dengan menggunakan belt pada kecepatan yang berbeda. Sistem sortasi dengan belt ini bila digabungkan dengan sortir bentuk drum dan gerakan sortir pengayak, akan menghasilkan kerusakan bahan yang minimum. Penggabungan alat tersebut digunakan secara luas dalam pengemasan buah dimana buah matang ditangani dalam jumlah banyak (Wirakartakusumah, 1992).
Screw merupakan alat sortasi yang membawa bahan pangan dalam dua bagian helix yang saling berhubungan; salah satu bagian  bersifat kontinyu dan bagian lain terbagi dalam beberapa sesi. Jarak sortasi anatara sesi-sesi dan helix yang bersifat kontinyu dapat diatur guna mendapatkan tahap-tahap yang makin menaik berdasarkan ukuran lubangnya. Pemutaran bahan berbentuk spiral akan membawa bahan pangan tersebut pada posisi dengan dimensi terbaik dan bersifat tetap. Bagian-bagian helix yang biasanya dilapisi dengan bulu kempa akan berputar relatif lambat (Wirakartakusumah, 1992).
2.4.2. Fixed Aperture
Celah atau lubang yang tetap (Fixed Aperture) bersifat seimbang atau tidak berubah (Stasionary), bergetar (Vibrators), berputar (Rotary dan gyrators), dan timbal balik (Recipro cutting). Penyaring jenis ini dalam penggunaannya secara umum, yaitu untuk sortasi bahan pangan untuk dua grup : tipe badan datar (flat) dan tipe drum (Wirakartakusumah, 1992).       
Pengayak berbadan datar (flat bed screen) ini bentuknya sangat sederhana, banyak ditemukan di area pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel, dan lobak. Alat pengayak data ganda digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan), juga digunakan dalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir seperti tepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992).
Alat pengayak datar secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yang dipasang bersama-sama dalam sebuh kotak yang tertutup rapat, pergerakannya dapat menggunkan berbagai macam alat. Tetapi biasanya alat tersebut dilengkapi dengan bola-bola runcing dari karet yang keras, yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak; maksudnya adalah untuk meminimumkan kerusakan akibat pergeseran antara lubang-lubang pengayak dengan partikel bahan yang    halus.   Alat   pengayak   datar   sangat   baik   untuk   pembersihan bahan   yang   halus   seperti   tepung, rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992).
Jarak antara ujung-ujung saluran bertambah sehingga unit bahan pangan yang tidak dapat menyebrangi jarak ini akan jatuh sedangkan yang lainnya akan disortasi dengan basis panjang (Wirakartakusumah, 1992).
Pengayak drum banyak digunakan dalam proses sortasi berdasarkan ukuran untuk kacang polong, buncis, dan kacang lain yang sejenis. Bahan pangan tersbeut akan menahan gerakan jatuh berguling yang dihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortir drum biasanya juga diperlukan untuk memisahan bahan pangan ke dalam dua atau lebih aliran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak. Berdasarkan tingkatan tersebut, terdapat dua macam susunan alat pengayak yaitu susunan lingkaran consentris (terpusat) dan susunan consencutive (berurutan) (Wirakartakusumah, 1992).
Selain tipe flat dan drum, terdapat alat pengayakan lain yang bersifat fixed aparature, yaitu alat berbentuk piringan yang merupakan salah satu contoh dari alat sortasi berdasarkan bentuk. Prinsip kerjanya yaitu pengumpulan bahan dengan bentuk yang diinginkan didalam lekukan yang terletak diatas sisi-sisi pemutar dan piringan-piringan vertikal tumpukan beberapa piringan disusun diatas sebuah penggerak. Sortasi berdasarkan bentuk dipengaruhi oleh pengambilan keberuntungan putaran partikel yang bergerak menuruni permukaan yang ditinggikan (Wirakartakusumah, 1992).
Jenis alat pengayak diantaranya yaitu :

- Flat Bed Screen

Flat bed screen bentuknya sangat sederhana, banyka ditemukan di areal pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel dan lobak. Flat bed screen digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan), juga digunakan dalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir dari tepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah.
Flat bed screen secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yang dipasang bersama-sama dalam sebuah kotak yang tertutup rapat, pergerakannya dapat menggunakan berbagai macam alat. Tetapi biasanya alat tersebut dilengkapi dengan bola-bola runcing dari karet yang keras, yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak, maksudnya adalah untuk meminimumkan kerusakan akibat pergesekan antara lubang-lubang pengayak dengan partikel bahan yang halus. Flat bed screen sangan baik untuk pembersihan bahan yang halus seperti tepung, rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992).
Gambar 12. Flat Bed Screen

- Drum Screen

Drum screen banyak digunakan pada proses sortasi berdasarkan ukuran untuk kacang polong, buncis, dan kacang lain yang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh berguling yang duhasilkan oleh rotasi drum.
 Alat sortir drum biasanya juga diperlukan untuk memisahkan bahan pangan kedalam dua atau lebih aliran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak. Berdasarkan tingkatan tersebut, terdapat dua macam susunan alat pengayak yaitu susunan lingkaran konsentris (terpusat) dan susunan berurutan (consencutive).
Gambar 13. Drum Screen

- Roller Screen

Roller sorting menggunakan prinsip variable pemutar berbentuk bola yang dapat melempar-lemparkan bahan pangan yang diatas roller tersebut. Prinsip kerja alat ini telah menjadi hak paten “grivesend Sorter”. Alat ini terdiri dari bola-bola pemutar membentuk ban berjalan dimanan susunan jarak antar pemutar diatur dengan kenaikan yang bersifat tetap, mulai dari bagian pemasukan sampai ujung pengeluaran dari konveyor (Wirakartakusumah, 1992).

Gambar 14. Roller Screen

- Belt Screen

Belt sorting fungsinya sama dengan sorter sebelumnya, bahan pangan diangkut sepanjang slot yang berbeda ukurannya dan bersifat kontinyu. Gerakan pengangkutan tersebut dihasilkan oleh gerakan naik dari belt. Pada alat ini ada kecenderungan dari bahan panga untuk bergerak secara miring, menuju ke proses sortasi yang tidak seimbang. Hal ini dapat dikoreksi, misalnya dengan menggunakan belt pada kecepatan yang berbeda.
Sistem sortasi dengan belt ini bila digabungkan dengan sortir bentuk drum dan gerakan sortir pengayak, akan mengahsilkan kerusakan bahan yang minimum. Penggabungan alat tersebut digunakan secara luas dalam pengemasan buah dimana buah matang ditangani dalam jumlah banyak. Belt sorting dikembangkan lebih lanjut dan dijasikan hak paten oleh “Jansen Fuitsizer”. Disini, buah dilewatkan diatas ujung belt peraba, buah bergerak sepanjang tiap sisi saluran ‘vee’.
Dasar dari saluran ‘vee’ berpotongan lancip kebelakang pada saat kenaikan sudut dari bagian ujung pemasukan alat sorter. Jadi disini dihasilkan kecenderungan lebar slot bertambah secara kontinyu dari bagian pemasukan ke bagian keluaran. Belt digerakkan pada kecepatan yang berbeda untuk menghasilkan penyesuaian diri yang benar tepat dari setiap unit bahan. Setelah melewati bagian penstabil yang merupakan bagian pendek dari belt untuk saluran ‘vee’. Buah bergerak sepanjang ‘vee’ pada kedalaman yang konstan, tergantung pada ukuran buah tersebut (Wirakartakusumah,1992).
cesle_pasove

                                                 Gambar 15. Belt Screen




ScreenerBroch
Gambar 16. Rotary Screen